Jumat, 23 November 2012

Ibu adalah pencetak pemimpin hebat


Ketika menggambarkan seorang sosok ibu, pastilah kita teringat kepada sosok wanita yang berani menaruhkan nyawanya untuk anaknya. Beliaulah mengandung kita selama sembilan bulan tanpa rasa mengeluh karena keberatan atau apalah beliaulah yang sanggup memberikan segalanya untuk kita anaknya.
Ketika Al-Quran menempatkan kewajiban berbuat baik kepada orang tua khususnya kepada seorang ibu, ibu dalam Al-Quran ditempatkan pada urutan kedua setelah kewajiban taat kepada Allah, bukan hanya disebabkan ibu memikul beban yang berat saat mengandung, melahirkan, dan menyusui anaknya. Tetapi juga karena ibu dibebani tugas menciptakan pemimpin-pemimpin umat.
Fungsi dan peranan inilah yang menjadikannya sebagai umm atau ibu. Dan demi suksesnya fungsi tersebut, Tuhan menganughrahkan kepada kaum ibu atau kaum  wanita struktur biologis dan ciri psikologis yang berbeda dengan kaum bapak/seorang pria. Peranan ibu sebagai pendidik generasi bukanlah sesuatu yang mudah. Peranan itu tidak dapat diremehkan atau dikesampingkan. Namun demikian, ini bukan berarti bahwa seorang ibu harus terus- menerus berada di rumah  dan  tidak mengikuti perkembangan. Juga, pada saat yang sama, ia tidak berarti bahwa mereka harus menelusuri jalan yang ditempuh oleh kaum bapak.
“Ibu” dalam bahasa Al-Quran dinamai dengan umm. Dari akar kata yang sama dibentuk kata iman (pemimpin) dan ummat. Kesemuanya bermuara pada makna “yang dituju” atau “yang diteladani”, dalam arti pandangan harus tertuju pada umat, pemimpin, dan ibu untuk di teladani. Umm atau “ibu” melalui perhatiannya kepada anak serta keteladanannya, serta perhatian kepada anaknya, dapat menciptakan pemimpin-pemimpin dan bahkan dapat membina umat. Sebaliknya, jika yang melahirkan seorang anak tidak berfungsi sebagai umm, maka umat akan hancur dan pemimpin (imam) yang wajar untuk  diteladani pun tidak akan lahir.
Maurice Bardeche, pernah mengemukakan, sebagai pakar dari negara Prancis yang dinilai sebagai pelopor yang mengumandangkan semboyan “ kebebasan” dan persamaan”,  dalam bukunya, Histoire des Femmes, memperingatkan : ” Janganlah hendaknya kaum ibu meniru kaum bapak atau ayah, karena jika demikian akan lahir jenias ketiga dari manusia.
Apa yang dikemukakan oleh Maurice Bardeche bukan berarti bahwa kaum ibu harus terus-menerus berada di rumah, siap menanti kedatangan suami dan anak-anaknya kembali ke rumah. Menyiapkan makan, membersihkan rumah dan mengurusi anak-anaknya, karena sesungguhnya itu bukan itu yang menjadi tugas pokoknya.
Walaupun kita tidak sepenuhnya sependapat dengan ulama besar kenamaan, Ibnu Hazm (384-456 H), Tidak ada salahnya untuk menguntip pendapatnya ; “ Baik dan terpuji apabila seorang ibu dan istri melayani suaminya, membersihkan dan mengatur rumah tempat tinggalnya, tetapi itu bukan merupakan kewajibannay. Makanan dan pakaian yang telah siap dan terjahit  untuknya justru menjadi kewajiban seorang baapk yang mewajibkan.
Agaknya, ketika ulama besar ini mengemukakan  pendapatnya ini seribu tahun yang lalu, dan yang diidamkan oleh pelopor emansipasi, beliau ingin menekankan pentingnya kewajiban ibu dalam mendidik anak-anaknya. Karena hanya seorang ibulah yang mengetahui apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh anak-anaknya.
Oleh karena itu, sebagai anak, kita berkewajiban mengingat jasa-jasa ibu: Seteguk ASI yang pernah kita minum setiap hari saat kita masih bayi hingga beranjak balita, setetes keringat yang pernah mengalir dan tercurahkannya saat beliau merawat kita dari kita lahir hinga kita dewasa bahkan hingga beliau menutup mata, seuntai kalimat bimbingan yang pernah disampaikan kepada kita sebagai anaknya sebagai pedoman hidup, doa-doa yang keluar dari bibir indahnya, doa yang tertuju hanya untuk anak-anaknya tersayang beliau lakukan setiap saat beliaulah orang yang takkan pernah kenal lelah mendoakan kita agar kita menjadi anak-anak yang berguna bagi nusa bangsa dan agama. Dari kesemua yang pernah beliau berikan kepada kita tidak mungkin kita imbangi atau terbalas dengan harta dan tahta yang kita miliki.
Sebagai anak kita harus berterima kasih dan mendoakan yang terbaik untuk kedua orang tua kita terutama ibu yang telah memberikan segalanya kepada kita tak luput pula kepada sosok pria yang menghabiskan waktunya untuk menafkahkan istri dan anaknya. Semoga prang tua kita senantiasa di beri perlindungan oleh Allah Swt.Amiin
“Iin Nuraeni”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar