Ketika menggambarkan seorang sosok ibu,
pastilah kita teringat kepada sosok wanita yang berani menaruhkan nyawanya
untuk anaknya. Beliaulah mengandung kita selama sembilan bulan tanpa rasa
mengeluh karena keberatan atau apalah beliaulah yang sanggup memberikan
segalanya untuk kita anaknya.
Ketika Al-Quran menempatkan kewajiban
berbuat baik kepada orang tua khususnya kepada seorang ibu, ibu dalam Al-Quran
ditempatkan pada urutan kedua setelah kewajiban taat kepada Allah, bukan hanya
disebabkan ibu memikul beban yang berat saat mengandung, melahirkan, dan
menyusui anaknya. Tetapi juga karena ibu dibebani tugas menciptakan
pemimpin-pemimpin umat.
Fungsi dan peranan inilah yang
menjadikannya sebagai umm atau ibu. Dan demi suksesnya fungsi tersebut, Tuhan
menganughrahkan kepada kaum ibu atau kaum
wanita struktur biologis dan ciri psikologis yang berbeda dengan kaum
bapak/seorang pria. Peranan ibu sebagai pendidik generasi bukanlah sesuatu yang
mudah. Peranan itu tidak dapat diremehkan atau dikesampingkan. Namun demikian,
ini bukan berarti bahwa seorang ibu harus terus- menerus berada di rumah dan
tidak mengikuti perkembangan. Juga, pada saat yang sama, ia tidak
berarti bahwa mereka harus menelusuri jalan yang ditempuh oleh kaum bapak.
“Ibu” dalam bahasa Al-Quran dinamai dengan
umm. Dari akar kata yang sama dibentuk kata iman (pemimpin) dan ummat.
Kesemuanya bermuara pada makna “yang dituju” atau “yang diteladani”, dalam arti
pandangan harus tertuju pada umat, pemimpin, dan ibu untuk di teladani. Umm
atau “ibu” melalui perhatiannya kepada anak serta keteladanannya, serta
perhatian kepada anaknya, dapat menciptakan pemimpin-pemimpin dan bahkan dapat
membina umat. Sebaliknya, jika yang melahirkan seorang anak tidak berfungsi
sebagai umm, maka umat akan hancur dan pemimpin (imam) yang wajar untuk diteladani pun tidak akan lahir.
Maurice Bardeche, pernah mengemukakan,
sebagai pakar dari negara Prancis yang dinilai sebagai pelopor yang
mengumandangkan semboyan “ kebebasan” dan persamaan”, dalam bukunya, Histoire des Femmes,
memperingatkan : ” Janganlah hendaknya kaum ibu meniru kaum bapak atau ayah,
karena jika demikian akan lahir jenias ketiga dari manusia.
Apa yang dikemukakan oleh Maurice Bardeche
bukan berarti bahwa kaum ibu harus terus-menerus berada di rumah, siap menanti
kedatangan suami dan anak-anaknya kembali ke rumah. Menyiapkan makan,
membersihkan rumah dan mengurusi anak-anaknya, karena sesungguhnya itu bukan
itu yang menjadi tugas pokoknya.
Walaupun kita tidak sepenuhnya sependapat
dengan ulama besar kenamaan, Ibnu Hazm (384-456 H), Tidak ada salahnya untuk
menguntip pendapatnya ; “ Baik dan terpuji apabila seorang ibu dan istri
melayani suaminya, membersihkan dan mengatur rumah tempat tinggalnya, tetapi
itu bukan merupakan kewajibannay. Makanan dan pakaian yang telah siap dan
terjahit untuknya justru menjadi
kewajiban seorang baapk yang mewajibkan.
Agaknya, ketika ulama besar ini
mengemukakan pendapatnya ini seribu
tahun yang lalu, dan yang diidamkan oleh pelopor emansipasi, beliau ingin
menekankan pentingnya kewajiban ibu dalam mendidik anak-anaknya. Karena hanya
seorang ibulah yang mengetahui apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh
anak-anaknya.
Oleh karena itu, sebagai anak, kita
berkewajiban mengingat jasa-jasa ibu: Seteguk ASI yang pernah kita minum setiap
hari saat kita masih bayi hingga beranjak balita, setetes keringat yang pernah
mengalir dan tercurahkannya saat beliau merawat kita dari kita lahir hinga kita
dewasa bahkan hingga beliau menutup mata, seuntai kalimat bimbingan yang pernah
disampaikan kepada kita sebagai anaknya sebagai pedoman hidup, doa-doa yang
keluar dari bibir indahnya, doa yang tertuju hanya untuk anak-anaknya tersayang
beliau lakukan setiap saat beliaulah orang yang takkan pernah kenal lelah mendoakan
kita agar kita menjadi anak-anak yang berguna bagi nusa bangsa dan agama. Dari
kesemua yang pernah beliau berikan kepada kita tidak mungkin kita imbangi atau
terbalas dengan harta dan tahta yang kita miliki.
Sebagai anak kita harus berterima kasih dan
mendoakan yang terbaik untuk kedua orang tua kita terutama ibu yang telah
memberikan segalanya kepada kita tak luput pula kepada sosok pria yang
menghabiskan waktunya untuk menafkahkan istri dan anaknya. Semoga prang tua
kita senantiasa di beri perlindungan oleh Allah Swt.Amiin
“Iin Nuraeni”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar