Semua mahluk yang bernyawa
pastilah akan mengalami kematian, sebab kematian adalah sesuatu yang tak dapat
dihindari walau sekuat apapun kita, bersembunyi dimanapun kita dan sebarapa
banyak harta yang kita miliki takkan membuat kita takkan melewati fase ini.
Apabila kita diberi pertayaan oleh seseorang “ untuk apa kita hidup di dunia
ini?” mumngkin jawabannya : untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi proses
kematian. Membaca dan medengarkan tentang kematian saja sudah menakutkan apalagi
membayangkan kematian membuat kita akan merasa miris sebab suatu saat kita akan
melewatinya.
Kematian dapat di ibaratkan
sebuah kota tujuan kita dalam mengarungi perjalanan kehidupan kita di bumi, maka
sebelum kita menuju kesana kita seharusnya mempersiapkannya secara matang,
bekal yang disiapkan untuk menempuh perjalanan ini tentu memakan banyak proses
karena dengan bekal yang akan kita bawalah yang akan menentukan keadaan kita
nanti. Perjalanan akan menyenangkan apabila kita menyiapkan bekal yang baik
yakni : mengisi hidup ini dengan sesuatu yang bermakna. Inilah hakikat hidup
sejati yang sebenarnya.
Seperti yang dikemukan bapak
Filsafat Modern Cartesius yang lebih dikenal dengan Rene Descartes : sebenarnya
dia seperti ingin menjelaskan bahwa hakikat hidup manusia adalah berfikir yang
lebih jelasnya hakikat hidup adalah ada karena memiliki makna dan tujuan.
Kematian bukan sebuah akhir
kosong yang tak bermakna untuk dilalui. Apabila kita melihat dengan mata
terbuka dan memikirkannya secara positif kematian bukanakhir dari fase
kehidupan, kematian hanya sebuah fase yang harus dilalui sebelum kita menjalani
kehidupan yang abadi, Inilah makna hidup
di dunia. Kita sebagai seorang muslim harus mempersiapkan diri selama jiwa
masih besemayam di dalam raga kita agar suatu saat malaikat maut menjemput
untuk mencabut nyawa kita, kita harus benar-benar siap.
Beruntunglah sebagai umat muslim
kita mengetahui makna dan tujuan kita hidup. Apabila kita tidak mengetahui akan
hal tersebut sama halnya dengan kita berjalan dalam keadaan gelap gulita (tanpa
cahaya). Kita sama seperti orang buta tak tahu harus melangkah kemana. Apabila
kita memaksa menerobos jalan yang tanpa cahaya tentu kita harus siap
mendapatkan resiko yang mungkin akan terjadi dalam perjalanan kita. Seperti
resiko tersesat, tersandung batu, menginjak kerikil yang tajam atau mungkin terperosok
kae dalam lubang yang sangat dalam.
Banyak kasus saudara kita yang
mengakhiri hidupnya secara sia-sia, kebanyakan dari mereka adalah karena mereka
putus asa dalam menjalani kehidupan, mereka menganggap kehidupan sebagai suatu
beban yang harus mereka jalani. Mereka tidak tahu harus melangkah kemana
akibatnya, mereka menganggap sebagai suatu ke sia-siaan. Ditengah beban
dan keputusasaan yang mereka alami
banyak yang mengabil jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya.
Memahami tujuan dan makna hidup
saja tidak cukup. Karena jika makna dan tujuan salah maka alih-alih dengan
harapan agar sampai pada tujuan dengan membawa ke suksesan, justru kita bisa
tersesat dan hancur.
Masih ingatkah kita dengan
ungkapan perhatikan maknanya“ orang optimis yang menyatakan makan untuk hidup
sedangka orang pesimis menyatakan bahwa hidup untuk makan”, bila kita hidup
semata-mata untuk makan berarti kita sama halnya dengan hewan, mahluk yang tidak
memiliki akal dan hati nurani selayaknanya manusia, tetapi bukan berari kita
harus puasa seumur hidup berartei kalo begitu kita sama dengan kta bunuh diri.
Kita memag butuh makan karena itu merupakan sarana untuk mempertahankan hidup.
Untuk memerjelas dari
keseluruhan tidak ada manusia yang hidupa abadi, semua pasti akan mati. Bagi
mereka yang meilik makna dan tujuan waktu adalah aset yang sangat berharga
dalam menjalani kehidupan ini. Setiap hari, setiap jam, setiap menit maupun
setiap detik. Semua itu merupakan sarana mandekatkan diri kepada Allah Swt.
Ali bin Abi Thalib berkata : “
ketika dilahirkan, engkau menangis sementara orang-orang disekitermu tertawa.
berusaha berbuat baiklah selama kita hidup agar ketika kita meninggal , kita
bisa tertawa sementara semua orang disekitar kita menangisi kepergiaan kita.
Makna dan tujuan hidup umat Islam sebenarnya sudah jelas, untuk beribadah
kepada Allah Swt. Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Semoga kita dapat memetik hikmah dari pengalaman yang menjadikan semua itu
sebagai sebuah pembelajaran.Amin
“Iin Nuraeni”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar