Disaat kita menikmati semua
fasilitas yang telah Alllah Swt berikan kepada kita. Apakah kita dapat
merawatnya secara baik laksana sesuatu yang kita miliki dan kita sayangi.
Terbesitkah kita melihat suadara-saudara kita membutuhkan uluran tangan kita
disaat saudara semuslim kita membutuhkan bantuan, kita bahkan hanya dapat
berpangku tangan dan hanya mampu melihat jarang merasakan atas segala musibah
yang menimpa saudara kita. Mungkin alasanya hanya satu karena kita tidak ada di
hadapkan dalam keadaan tersebut.
Selama kita diberi nikmat sehat
rohani dan jasmani, selayaknya kita harus bersyukur atas segala nikmat yang
Allah Swt berikan kepada kita. Terkadang
kita terlalu terlena bisa dibilang terlalu “betah” tinggal di dunia ini yang
banyak dihiasi oleh hal-hal yang membutakan mata kita oleh gemerlapnya
kehidupan yang semakin berkembang, tulinya kita terhadap suara orang mengaji,
terlena oleh makanan-makanan yang haram dan mengurangi mengkonsumsi makanan
yangn halal, seringnya berpangku tangan disaat saudara kita membutuhkan uluran
tangan kita. Kebanyakan dari kita akan memohon pertolongan kepada Allah Swt
disaat kita merasa sedang dalam keadaan sulit dan seringkali sombong dari apa
yang telah kita capai selama kita hidup. Kita yang terlalu bodoh tak sadar akan
nikmat semua itu datangnya atas dasar kehendak Allah Swt.
Entah apa ini sugesti atau dapat
disebut apa, manusia hanya dapat mersyukur disaat mereka senang, itupun bagi
orang yang bersyukur hal tersebut jarang dilakukan terlepas apa pekerjaan,
pendidikan maupun status sosial dimasyarakat. Kita senantiasa mengabaikan
bahkan terkadang bila kita merasa terpojok akan sesuatu kita akan menyalahkan
tuhan. Kenapa hidupku begini??? Itu adalah penggalan kata yang biasa terlontar
ketika kita merasa tidak disama ratakan dengan saudara semuslim kkita yang
lebih tinggi derajatnya.
Seseorang
melakukan kebaikan kepada ornag lain biasanya banyak faktor yag mendekatinya,
misalnya : haus akan pujian dan ingin dipandang dermawan. hakikatnya orang yang
melakukan kebaikan terutama kebaikan beribadah sebenarya dihantui oleh dorongan
“takut” terlepas karena takut pada siksa api neraka ataupun hanya takut pada
Allah Swt.
Apabila
kita mengaitkan hal tersebut dengan Q.S. Al-Ahqaf ayat 20 yang artinya : “ Dan
ingatlah pada hari ketika orang-orag kafir di hadapkan ke neraka. (kepada
mereka) dikatakan : “ kamu telah menghabiskan rezekim uyang baik (kenikmatan)
dalam kenikmatan duniamu dan kamu telah bersenang-senang dengannya, maka kini
kamu dibalas dengan siksaan yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan
diri di muka bumi tanpa hak dan kamu telah berbuat kefasikan.”
Setelah
membaca dan memikirkan ayat tersebut seharusnya kita malu sebagai umat muslim
karena kita juga pernah melakukan kesalahan tersebut. Dan terkadang tak mau
kalah kita biasanya membela diri dengan mengucapkan “manusia adalah tempatnya
lupa”. Semuanya menjadi apologi kita semata untuk membela diri. Rasa sombong seperti apa yang seharusnya kita
tunjukan kepada Allah, padahal kita hanya sebagai mahluk yang lemah yang dapat
di bolak-balikan hati manusia. Mulai dari ini mari kita sama-sama-sama mebenah
diri unutk dapat beryukur atas nikmat tiada tara yang telah Allah berikan
kepada kita.
Sebagai mahluk yang dapat
berfikir secara jernih. Marilah kita sama-sama membangun rasa syukur atas
nikmat yang Allah berikan kepada kita. Baik bersyukur disaat kita bahagia
maupun disaat kita mendapatkan suatu musibah. Bersama mari kita membenah diri
dalam memperjuangkan cita-cita kita untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar