Rabu, 14 November 2012

Menumbuhkan kehausan akan rasa bersyukur kepada Allah Swt



Disaat kita menikmati semua fasilitas yang telah Alllah Swt berikan kepada kita. Apakah kita dapat merawatnya secara baik laksana sesuatu yang kita miliki dan kita sayangi. Terbesitkah kita melihat suadara-saudara kita membutuhkan uluran tangan kita disaat saudara semuslim kita membutuhkan bantuan, kita bahkan hanya dapat berpangku tangan dan hanya mampu melihat jarang merasakan atas segala musibah yang menimpa saudara kita. Mungkin alasanya hanya satu karena kita tidak ada di hadapkan dalam keadaan tersebut.
Selama kita diberi nikmat sehat rohani dan jasmani, selayaknya kita harus bersyukur atas segala nikmat yang Allah Swt  berikan kepada kita. Terkadang kita terlalu terlena bisa dibilang terlalu “betah” tinggal di dunia ini yang banyak dihiasi oleh hal-hal yang membutakan mata kita oleh gemerlapnya kehidupan yang semakin berkembang, tulinya kita terhadap suara orang mengaji, terlena oleh makanan-makanan yang haram dan mengurangi mengkonsumsi makanan yangn halal, seringnya berpangku tangan disaat saudara kita membutuhkan uluran tangan kita. Kebanyakan dari kita akan memohon pertolongan kepada Allah Swt disaat kita merasa sedang dalam keadaan sulit dan seringkali sombong dari apa yang telah kita capai selama kita hidup. Kita yang terlalu bodoh tak sadar akan nikmat semua itu datangnya atas dasar kehendak Allah Swt.
Entah apa ini sugesti atau dapat disebut apa, manusia hanya dapat mersyukur disaat mereka senang, itupun bagi orang yang bersyukur hal tersebut jarang dilakukan terlepas apa pekerjaan, pendidikan maupun status sosial dimasyarakat. Kita senantiasa mengabaikan bahkan terkadang bila kita merasa terpojok akan sesuatu kita akan menyalahkan tuhan. Kenapa hidupku begini??? Itu adalah penggalan kata yang biasa terlontar ketika kita merasa tidak disama ratakan dengan saudara semuslim kkita yang lebih tinggi derajatnya.
            Seseorang melakukan kebaikan kepada ornag lain biasanya banyak faktor yag mendekatinya, misalnya : haus akan pujian dan ingin dipandang dermawan. hakikatnya orang yang melakukan kebaikan terutama kebaikan beribadah sebenarya dihantui oleh dorongan “takut” terlepas karena takut pada siksa api neraka ataupun hanya takut pada Allah Swt.
            Apabila kita mengaitkan hal tersebut dengan Q.S. Al-Ahqaf ayat 20 yang artinya : “ Dan ingatlah pada hari ketika orang-orag kafir di hadapkan ke neraka. (kepada mereka) dikatakan : “ kamu telah menghabiskan rezekim uyang baik (kenikmatan) dalam kenikmatan duniamu dan kamu telah bersenang-senang dengannya, maka kini kamu dibalas dengan siksaan yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan kamu telah berbuat kefasikan.”
            Setelah membaca dan memikirkan ayat tersebut seharusnya kita malu sebagai umat muslim karena kita juga pernah melakukan kesalahan tersebut. Dan terkadang tak mau kalah kita biasanya membela diri dengan mengucapkan “manusia adalah tempatnya lupa”. Semuanya menjadi apologi kita semata untuk membela diri.  Rasa sombong seperti apa yang seharusnya kita tunjukan kepada Allah, padahal kita hanya sebagai mahluk yang lemah yang dapat di bolak-balikan hati manusia. Mulai dari ini mari kita sama-sama-sama mebenah diri unutk dapat beryukur atas nikmat tiada tara yang telah Allah berikan kepada kita.
Sebagai mahluk yang dapat berfikir secara jernih. Marilah kita sama-sama membangun rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan kepada kita. Baik bersyukur disaat kita bahagia maupun disaat kita mendapatkan suatu musibah. Bersama mari kita membenah diri dalam memperjuangkan cita-cita kita untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar