Manusia adalah mahluk yang memiliki naluri cemas dan mengharap, kita insan yang lemah selalu membutuhkan sandaran, terutama disaat kita merasa cemas ketika berharap akan sesuatu. Kanyataan sehari-hari membuktikan bahwa bersandar pada mahluk, betapapun tinggi kekuatan dan kekuasaannya, seringkali tidak membuahkan hasil. Yang mampu hanyalah Tuhan semata. Yang kamu seru selain Allah tidak memiliki apa-apa walau setipis kulit ari sekalipun. Jika kamu meminta kepada mereka, mereka tidak mendengar permintaanmu dan walaupun mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankna (QS 35 : 13-14). Hai manusia kamulah orang-orang yang miskin (butuh) kepada Allah dan Allah Maha kaya lagi Maha Terpuji (QS 35 :15).
Rasulullah Saw kembali dari perjalanan
Isra’ Miraj dengan petunjuk Ilahi yang tegas tentang kewajiban shalat,
kewajiban ini diketahui secara pasti oleh setiap muslim dari generasi ke
generasi.
Berbicara mengenai shalat menimbulkan
pertanyaan di dalam benak kita: apakah topik mengenai shalat tersebut sudah
using atau tak perlu di bicarakan lagi mengingat waktu penetapannya yang telah
begitu lama. Ataukah kita masih perlu
meliat pelaksanaannya dikalangan umat Islam, yang tak jarang mengabaikannya di
samping itu juga masih banyak diantara kita melaksanakannya secara tidak
sempurna?
Mengahadapkan jiwa dan raga kepada
Allah merupakan suatu kewajiban
keagamaan. Sebab agama sebagaimana
diakui dan diyakini oleh setiap penganutnya, menetapkan bahwa Allah menguasai alam
raya, mengusai hidup mahluknya termasuk kehidupan manusia. Dialah Maha mutlak,
Maha kuasa, dan Maha sempurna dalam segala sifat keutamaan . keyakinan akan
ketuhanan seperti itu, menurut pembuktian konkret, nyata secara amaliah, bukan
hanya dalam fikiran atau hati. Shalat adalah salah satu yang di tetapkan Allah
sebagai pengejawantahan dari keyakinan tersebut.
Manusia., lebih-lebih para ilmuan,
membutuhkan kepastian tentang tata kerja ala mini demi pengembangan ilmu dan
penerapannya. Kepastian ini tidak dapat diperoleh kecuali dengan keyakinan
adanya pengendali dan penguasa tunggal yang Maha Esa, yaitu Allah.
Shalat seharusnya menjadi kebutuhan bagi
umat muslim seperti kita bukan untuk menghindari dan melalaikan shalat.
Diantara kita tidak sedikit menggambarkan shalat sebagai sebuah beban dan
kewajiban. Sadar atau tidak kebutuhan dalam benak kita hanya sandang, papan dan
pangan. Benarkah bila demkian? Apabila demikian adanya kita harus mengetahui
bahwa shalat sendiri sesungguhnya menggambarkan pemahaman seseorang menyangkut
tata kerja alam raya ini yang memberikan ketenangan dan kemantapan kepada manusia, khususnya para
ilmuan, dan karena itu “ Shalat kepada Yang Maha Esa merupakan pertanda
kemajuan pemikiran manusia dalam memahami tata kerja alam raya ini”.
Pada dasarnya seorang muslim dalam
shalatnya menghimpun segala bentuk dan cara pengakuan, penghormatan dan
pengagungan yang lebih dikenal oleh umat manusia. Didalam shalat, ada
“isyarat penghormatan dengan tangan, berdiri
tegak, menunduk, rukuk, sujud, puji-pujian, doa dan harapan”.
Walaupun hanya lima kali dalam satu hari
Allah mewajibkan kita sebagai umatnya menghadap kepada-Nya. Tapi tetap saja
kita seringkali mengabaikannya dan menganggapnya sebagai suatu yang lumrah terjadi dalam kehidupan
sehari-hari bila ada salah satu dari lima kewajiban kita untuk mengerjakan
shalat kita malah tidak melaksanakannya. Malu rasanya, jika kita yang telah
mendapatkan anugrah-Nya yang tidak terbilang mengabaikan kewajiban tersebut.
Apalagi shalat merupakan kebutuhan kita. Malu pula rasanya, ika jika kita
hanya mau melakukan shalat karena
terpaksa akan sesuatu, kepepet atau terdesak, saat cemas dan mengharap sesuatu,
kita baru mau menghadap kehadirat-Nya. Naudzubillah…
Tentu saja yang kita ketahui Maha Adil
Allah atas segala sesuatu, ketika Dia tidak mengenal (dengan Rahmat da kasih
sayang-Nya) orang-orang yang tidak pernah mengenal-Nya, yaitu orang-orang yang
enggan memenuhi panggilan-Nya.
Semoga kita semua menjadi muslim yang
senantiasa dapat melaksanakan ibadah dengan baik terutama shalat lima waktu
walaupun tidak membutuhkan waktu banyak seringkali kita mengabaikannya. Ucapan
lebih mudah daripada tindakan hanya saja asalkan kita mau berusaha mencerna
teori kebaikan yang orang lain berikan kepada kita. Kenapa tak berusaha
menjalaninya sebagai sebuah petuah baik
dalamm menjalani hidup..
semoga bermanfaat..
“Iin Nuraeni”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar