Salah satu kaidah hukum Islam menegaskan
bahwa “ kesulitan melahirkan kebaikan” dalam arti “ jika seseorang mengalami
kesulitan dalam pelaksanaan agama, maka ia mendapat pengecualian sehingga
memperoleh kemudahan”. Sayangnya, jalan-jalan kemudahan itu tidak banyak
diketahui umat karena banyak ulama yang enggan memperpulerkannya, mereka
khawatir dengan memperpulerkanya akan timbul sikap mengabaikan agama. Dari sisi
skap ini, dapat dibenarkan. Akan tetapi perlu kita ingat bahwa, hendaknya
diingat juga bahwa tidak jaranga ajaran agama diabaikan sama sekali karena
kemudahannya tidak diketuhui oleh umat muslim.
Mungkin kita akan merasa kaget bila kita
mengetahui komentar Al-Baquri, Ia menulis “Rasulullah saw. Memperolehkan bagi
umatnya yang terbiasa tidur untuk melaksanakan shalat subuh sesudah terbitnya
matahari. Ia tidak berdosa karena keterlambatannya itu. Demikianlah, orang
tidak mengenal kemudahan melebihi kemudahan ini.” Supaya tidak mengagetkan,
kita perlu menambahkan bahwa agar tidak salah mengartikan bahwa ini tidak berlaku bagi mereka yang
senang berleha-leha di malam hari, juga tidak termasuk bagi mereka yang
bermalas-malasan dan dengan sengaja terlambat bangun.
Melirik dari salah satu kisah : seorang
wanita yang datang mengadukan tindakan suaminya kepada Rasulullah saw.: “ wahai
Rasul, suamiku Shafwan, menghardik dan memukulku bila aku shalat, memaksaku
untuk berbuka bila aku berpuasa (sunnah), dan dia tidak shalat subuh kecuali
setelah matahari terbit.”
Mendengar
keluhan ini, Nabi saw. Menoleh dengan seluruh badannya, begitulah cara
Nabi menoleh, tak lamakemudian kepada suami si wanita itu Beliau bertanya :”
benarkah itu wahai Shafwan?”
“benar, wahai Nabi,” jawab Shafwan tulus,
“tetapi aku menghardik dan memukulnya karena (shalatnya pajang) ia membaca dua
surah (selain Al-Fatihah) setiap rakaatnya. Telah berkali-kali ku tegur, tetapi
ia terus menolak. Benar, wahai Rasul, aku menyuruhnya berbuka ketika berpuasa
sunnah, sebab aku adalah seorang pemuda sehat yang seringkali tak mampu menahan
birahi. Juga memang benar bahwa aku memang tidak shalat subuh kecuali setelah
matahari (hampir) terbit. Sebab keluargaku telah terbiasa bangun lambat,
sungguh sulit bagiku bangun di waktu fajar.”
Nabi saw membenarkan sikap Shafwan, seraya
berkata : “ Shalat subuhlah segera setelah engkau bangun!” kemudian beliau
menoleh kepada sang istri Shafwan dan seraya berpesan kepadanya :”
persingkatlah shalatmu dan jangan berpuasa sunnah kecuali atas perkanaan
suamimu.”
Memperjelas dari semua itu Islam sebenarnya
agama yang mudah untuk dipelajari hanya kita saja yang sebagi umatnya
mempersulit diri dengan segala kebenaran yang ada. Islam tidak memberatkan umat
muslim dalam menjalankan ibadah, hanya
saja kita sebagai umat muslim menyiksa diri kita untuk menjalankan segala
larangan dan senang menyia-nyiakan waktu yang berjalan bersama kita.
Sebagai agama yang mempermudah pengikutnya
Islam mengajak umatnya untuk memahami jalan kehidupan yang harus ditempuh agar
tidak tersesat kedalam jalan keterpurukan. Memahami jalan tersebut kita sebagai
umat Islam menempuhnya secara hati-hati, dan banyak jalan menyebabkan seseorang
harus selalu berhati-hati jangan sampai terjerumus kejalan yang sesat. Carilah
jalan lurus yang tidak berliku-liku agar selamat.
Al-Quran sebagai pedoman bagi umat Islam
mmeberikan petunjuk bahwa jalan yang baik dihimpun oleh suatu cirri , yaitu “
kedamaian, ketentraman, dan ketenangan”.
Semua jalan yang bercirikan hal tersebut, pasti bermuara kejalan yang
luas lagi lurus yang dinamanai dengan “ shirat al-mustaqim".
“Dengan Al-Quran Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti
keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus” (QS.5 : 16).
Agama menuntut kita untuk mematuhi
rambu-rambu jalan serta isyarat-isyaratnya, baik yang terdapat dalam perjalanan
dari dan ke rumah maupun dalam perjalanan hidup ke rumah maupun dalam
perjalanan hidup kerumah yang kekal disisi Tuhan. Jalan yang disiapkan adalah
jalan yang luas lagi lurus. Marilah kita sama-sama memahami kemudahan itu
secara baik agar semua yang kita lakukan demi kebaikan kita mendapatkan
limpahan rahmat dari Allah teruntuk Umat-Nya yang senantiasa mengikuti jalan
yang diperintahkan kepada kita.
"Iin Nuraeni"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar