Pada
akhir-akhir ini Indonesia cukup di hebohkan dengan pemberitaan di berbagai
media mengenai iklan “Tenaga Kerja Indonesia (TKI) on Sale” yang tersebar di
beberapa kawasan Malaysia. Iklan twersebut bertuliskan “ Indonesia Maids Now
Sale” dalam selebaran itu pula dijelaskan bahwa TKI dibeli dengan harga sekitar
7.500 ringgit Malaysia (RM) atau setara dengan diskon 40 persen dari tarif yang
telah ditentukan oleh pemerintah. Jika warga Malaysia yang ingin menggunakan
jasa TKI. Calon pengguna bisa menyetor deposit sebelumnya. Berdasarkan atas
iklan yang beredar ini tentunya mengundang berbagai reaksi dari berbagai pihak
baik di Indonesia maupun di Malaysia sendiri.
Seperti yang telah diungkapkan oleh
Anis Hidayah Direktur Eksekutif Migrant Care Indonesia pada salah satu Program televisi
(30 Oktober 2012) yang lalu, kejadian ini disesalkan karena dinilai merendahkan
martabat bangsa Indonesia. Manusia Indonesia yang bekerja di Malaysia seolah
dianggap sebagai komoditas atau barang
dagangan yang mudah diperjual belikan terlebih dengan status “diobral”. Apa
yang diungkapkan Anis nampaknya tidak berlebihan bila melihat faktanya yang
beredar di media.
Dalam bidang perlindungan tenaga
kerja diluar negeri hal seperti ini jelas merugikan dan merusak nama baik
bangsa. Pengajjuan protes keras ke Malaysia adalah hal yang harus dilakukan
oleh pemerintah Indonesia agar segera mengentikan iklan yang tidak bermartabat
tersebut.
Konflik Indonesia-Malaysia berkenaan
dengan penggunaan jasa TKI memang bukan baru kali ini terjadi. Sepanjang kerja
sama terjalin antara kedua negara serumpun ini rentetan konflik terus terjadi
dan dikhawatirkan akan mengancam hubungan diplomasi Indonesia-Malayasia. Sebut
saja beberapa waktu yang lalu kasus kematian tiga TKI asal Nusa Tenggara Barat
yang ditembak oleh polisi Malaysia. Sementara itu di dalam negeri sendiri
pernah diramaikan dengan unjuk rasa permohonan agar TKI di Malaysia tidak
dihukum mati karena kasus pembunuhan yang dilakukan untuk pembelaan terhadap
majikan.
Indonesia juga termasuk produsen
buruh migran terbessar dalam lingkup Asia Tenggara. Salah satu negara tujuannya
para migran tersebut adalah Malaysia. Di Malaysia sendiri terdapat sekitar dua
juta tenaga kerja Indonesia termasuk yang melalui proses ilegal.
Beberapa hal yang menjadi alasan
kuat mengapa negara Malaysia menjadi salah satu negara tujuan. Diantaranya,
pola kultural dan bahasa yang tidak jauh berbeda antara Indonesia dan Malaysia
jadi mempermudah proses adaptasi para pekerja, sehingga tidak akan terjadi
cultural shock yang berarti. Selain itu ada kemudahan akses untuk masuk ke
negara Malaysia yang tidak dikenakan biaya visa dan jarak yang tidak terlalu
jauh dengan Indonesia menjadi salah satu alasan sehingga jika ingin pulang
tidak diperlukan biaya yang cukup mahal. Dan satu lagi hal yang sangat
menjanjikan adalah banyaknya lapangan kerja yang ditawarkan pihak Malaysia dengan
upah yang lebih tinggi selain bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT).
Semoga pasca beredarnya iklan obral
TKI akan menjadi evaluasi besar bagi pemerintah Indonesia untuk lebih
memperhatikan para pahlawan devisa negara. Menjadikan TKI ynag berada di luar
negeri memiliki martabat di mata negara penggunaan jasa TKI. Tidak hanya itu
pemerintah sekiranya dapat berfikir lebih bijak lagi untuk dapt menciptakan dan
mengembangkan lapangan kerja didalam negeri sehingga masyarakat kita akan
menjadi kaya di negeri sendiri. Satu hal yang harus kita ingat kekayaan alam
Indonesia sungguh lebih kaya dari pada Malaysia. Jika kita mampu mengelolanya
dengan baik maka tidak mustahil kekayaan tersebut mampu menghidupi dan
memberikan kehidupan yang layak bagi masyarakat Indonesia. Diharapkan dengan
sumber daya alam yang tersedia serta kualitas manusia Indonesia menjadi lebih
kreatif, sudah sepatutnya kita dapat menujukan jati diri kita yang sesungguhnya
kepada dunia, sehingga harga diri bangsa tidak dijadikan komoditi bahkan
“diobral” murah oleh bangsa lain. (Iin Nuraeni)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar