Senin, 10 Desember 2012

Tenaga Kerja Indonesia “On Sale”


Pada akhir-akhir ini Indonesia cukup di hebohkan dengan pemberitaan di berbagai media mengenai iklan “Tenaga Kerja Indonesia (TKI) on Sale” yang tersebar di beberapa kawasan Malaysia. Iklan twersebut bertuliskan “ Indonesia Maids Now Sale” dalam selebaran itu pula dijelaskan bahwa TKI dibeli dengan harga sekitar 7.500 ringgit Malaysia (RM) atau setara dengan diskon 40 persen dari tarif yang telah ditentukan oleh pemerintah. Jika warga Malaysia yang ingin menggunakan jasa TKI. Calon pengguna bisa menyetor deposit sebelumnya. Berdasarkan atas iklan yang beredar ini tentunya mengundang berbagai reaksi dari berbagai pihak baik di Indonesia maupun di Malaysia sendiri.
            Seperti yang telah diungkapkan oleh Anis Hidayah Direktur Eksekutif Migrant Care Indonesia pada salah satu Program televisi (30 Oktober 2012) yang lalu, kejadian ini disesalkan karena dinilai merendahkan martabat bangsa Indonesia. Manusia Indonesia yang bekerja di Malaysia seolah dianggap sebagai komoditas  atau barang dagangan yang mudah diperjual belikan terlebih dengan status “diobral”. Apa yang diungkapkan Anis nampaknya tidak berlebihan bila melihat faktanya yang beredar di media.
            Dalam bidang perlindungan tenaga kerja diluar negeri hal seperti ini jelas merugikan dan merusak nama baik bangsa. Pengajjuan protes keras ke Malaysia adalah hal yang harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia agar segera mengentikan iklan yang tidak bermartabat tersebut.
            Konflik Indonesia-Malaysia berkenaan dengan penggunaan jasa TKI memang bukan baru kali ini terjadi. Sepanjang kerja sama terjalin antara kedua negara serumpun ini rentetan konflik terus terjadi dan dikhawatirkan akan mengancam hubungan diplomasi Indonesia-Malayasia. Sebut saja beberapa waktu yang lalu kasus kematian tiga TKI asal Nusa Tenggara Barat yang ditembak oleh polisi Malaysia. Sementara itu di dalam negeri sendiri pernah diramaikan dengan unjuk rasa permohonan agar TKI di Malaysia tidak dihukum mati karena kasus pembunuhan yang dilakukan untuk pembelaan terhadap majikan.
            Indonesia juga termasuk produsen buruh migran terbessar dalam lingkup Asia Tenggara. Salah satu negara tujuannya para migran tersebut adalah Malaysia. Di Malaysia sendiri terdapat sekitar dua juta tenaga kerja Indonesia termasuk yang melalui proses ilegal.
            Beberapa hal yang menjadi alasan kuat mengapa negara Malaysia menjadi salah satu negara tujuan. Diantaranya, pola kultural dan bahasa yang tidak jauh berbeda antara Indonesia dan Malaysia jadi mempermudah proses adaptasi para pekerja, sehingga tidak akan terjadi cultural shock yang berarti. Selain itu ada kemudahan akses untuk masuk ke negara Malaysia yang tidak dikenakan biaya visa dan jarak yang tidak terlalu jauh dengan Indonesia menjadi salah satu alasan sehingga jika ingin pulang tidak diperlukan biaya yang cukup mahal. Dan satu lagi hal yang sangat menjanjikan adalah banyaknya lapangan kerja yang ditawarkan pihak Malaysia dengan upah yang lebih tinggi selain bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT).
            Semoga pasca beredarnya iklan obral TKI akan menjadi evaluasi besar bagi pemerintah Indonesia untuk lebih memperhatikan para pahlawan devisa negara. Menjadikan TKI ynag berada di luar negeri memiliki martabat di mata negara penggunaan jasa TKI. Tidak hanya itu pemerintah sekiranya dapat berfikir lebih bijak lagi untuk dapt menciptakan dan mengembangkan lapangan kerja didalam negeri sehingga masyarakat kita akan menjadi kaya di negeri sendiri. Satu hal yang harus kita ingat kekayaan alam Indonesia sungguh lebih kaya dari pada Malaysia. Jika kita mampu mengelolanya dengan baik maka tidak mustahil kekayaan tersebut mampu menghidupi dan memberikan kehidupan yang layak bagi masyarakat Indonesia. Diharapkan dengan sumber daya alam yang tersedia serta kualitas manusia Indonesia menjadi lebih kreatif, sudah sepatutnya kita dapat menujukan jati diri kita yang sesungguhnya kepada dunia, sehingga harga diri bangsa tidak dijadikan komoditi bahkan “diobral” murah oleh bangsa lain. (Iin Nuraeni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar